Kamis, 26 Mei 2022

Khutbah

1 KHOTBAH IDULFITRI: SPIRITUALISME RAMADAN UNTUK MENJAGA SEMANGAT KERUKUNAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Oleh H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I. (Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Bogor) Khotbah I ْ م ُ ك ْ ي َ ل َ ع ُ م َ ال السَّ ُ ة َ م ْ ح َ ر َ و ُ ه ُ ات َ ك رَ َ ب َ ِهللا و ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ، ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ، ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ، ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ، ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ، ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ، ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ، ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ، ِهللا َ ان حَ ْ ب سُ َ ا و ً ِثْب ْ َ ِهللك ُ د ْ م حَ ْ ال َ ا و ً ْب ْ ِ ب َ ك ْ َب َ ْ ك َ أ هللُ َ ا َ ، ل ً ال ْ ِصي َ أ َ و ً ة رَ ْ ك ُ ب ُ ه َ د ْ ب َ ع ََصَ َ ن َ و ُ ه َ د ْ ع َ و َ ق َ د ، ص َ ُ ه َ د ْ ح َ َّ ُهللا و ِال إ َ له ِ إ َ ، ال ُ ه َ د ْ ح َ و اب َ َ ز ْ ح َ ْ اْل َ م َ ز َ ه َ و ُ ه َ د ْ ن ُ ج َّ ز َ ع َ أ َ و ُ د ْ م لحَ ْ ِهلل ا َ و ُ َب َ ْ ك َ أ هللُ َ ، ا ُ َب َ ْ ك َ َ ُهللا أ َّ ُهللا و ِال إ َ له ِ إ ا َ ذ َ ِ ه ا ل َ ان َ د َ ِذي ه ه ِ ال َِلِل ه ُ د ْ م حَ ْ ال ُ ه َ ل كَ ْ ي ِ َش َ َ ل ُ ه َ د ْ ح َ هللا و َّ ِال إ َ ه َ ل ِ إ َّ ن ال َ أ ُ د َ ه ْ ش َ . أ ا اَلِل ه ُ َ ان َ د َ ه ْ ن َ أ َ ل ْ و َ ل ِديَ َ ت ْ ه َ ِن ا ل َّ ن ُ ا ك َ م َ و ُ ه ُ ل ْ و سُ َ ر َ و ُ ه ُ د ْ ب َ ا ع ً د َّ م حَ ُ م َّ ن َ أ ُ د َ ه ْ ش َ أ َ و َ ل َ ع ْ م ِّ ل سَ َ و لِّ ص َ َّ م ُ ه ّٰ الل ا َ ن ِ ت َ و س ْ ُ أ َ ا و َ ن ِ ب ْ ي ِ ب َ ِه ح ِل ٰ أ َ ل َ ع َ ٍد، و َّ م حَ ُ م ُ ه َ اال َ و ْ ن َ م َ ِِه و ب حْ ص َ َ و ، ا َّ م َ أ ؛ ُ د ْ ع َ ب وا اَلِل ه َ ُ ق َّ وا ات ُ ن َ آم َ ِذين ه ا ال َ ه ُّ ي َ ا أ َ : ي َ اَل َ ع َ ت َ ال َ ا ق َ م َ ك ُ اه َ و ْ ق َ ت َّ ق َ َهللا ح وا ُ ق َّ ُس، ات ا َّ ا الن َ ه ُّ ي َ آ أ َ ي َ ف َّ ِل إ َّ ن ُ وت ُ م َ ت َ ل َ ِ ِه و ات َ ق ُ ت َّ ق َ ح . َ ون ُ ِ م ل سْ ُ م ْ م ُ ت ْ ن َ أ َ و َّ ن َ ا أ ْ و ُ م َ ل ْ اع َ و ِه الص ِّ ْ ِفي ْ م ُ ك ْ ي َ ل َ ع َ م رَّ َ ح َ ، و َ ام َ ع َّ ِه الط ْ ِفي ْ م ُ ك َ لَّ ُهللا ل َ ح َ ، أ ٌ م ْ ي ِ ر َ ك ٌ د ْ ِعي َ ، و ٌ م ْ ِظي َ ع ٌ م ْ و َ ا ي َ ذ ٰ ه ْ م ُ ك َ م ْ و َ ي َ و ُ ه َ ، ف َ ام َ ي ِ ا إ ْ و ُ ب ْ و ُ ت َ و ُ ه ْ و ُ م ِّ ظ َ ع َ ِه و ْ ِفي ْ م ُ ك َّ ب َ ا ر ْ و حُ ِّ ب سَ َ ٍم ، ف ْ ِظي ْ ع َ ت َ ٍل و ْ ِي ل ْ ه َ ت َ ٍد و ْ ِمي حْ َ ت َ و ٍ ح ْ ي ِ ب سْ َ ت ُ م ْ و َ ي ُ ر ْ و ُ ف َ غ ْ هوال ُ ه َّ ن ِ إ ُ ه ْ و ِفرُ ْ غ َ ت اس ْ َ ِهللا و َ َل . ُ ِحيم الرَّ ُ د ْ م ِهلل الحَ َ و ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ، ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ، ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ . Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Salat Idulfitri yang Diberkahi Allah جل جلاله Segala puji ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah menganugerahkan kepada kita Ramadan bulan suci. Bulan yang ditunggu dan dinanti semenjak Rajab, Syakban hingga tercapai. Kini Ramadan itu telah pergi, tanpa kita tahu akankah tahun depan masih bisa bersamanya lagi. Kini kita berhari raya Idulfitri, seiring suara takbir kemenangan membahana seluruh negeri, semarak aneka kue dan baju lebaran menghias diri. Namun kita tak boleh tinggi hati, tetaplah menjaga empati, karena boleh jadi masih ada diantara kita yang belum bisa menikmati suasana gempita dan gembira Idulfitri. Mereka adalah orang-orang yang teruji, baik dengan kemiskinan, kesehatan sesuai situasi dan kondisi. Kita menyadari, bahwa kehidupan di dunia ini sejatinya adalah ujian dan tidak ada seorang pun kecuali diuji oleh Allah جل جلاله Tuhan semesta 2 alam, bahkan para nabi dan utusan Allah pun tak luput dari ujian. Semua kita menerima ujian, di mana tempat kelulusannya adalah kehidupan akhirat kelak yaitu surga atau neraka, bahagia atau sengsara. Hadirin yang dimuliakan Allah. Ramadan yang baru berlalu hakikatnya juga sebuah ujian belaka, yang menempa manusia menjadi pribadi unggul bertaqwa, semakin dekat dengan Allah جل جلاله Tuhan Yang Maha Kuasa, semakin mencintai Nabi yang mulia, semakin berbakti kepada orang tua, semakin hormat kepada guru yang berjasa, semakin merakyat dengan warga, semakin hormat dengan sesama. Itulah buah tarbiyah Ramadan yang sempurna, menuju pribadi beriman dan bertaqwa. Sebagai bulan Tarbiyah, nilai spiritualisme Ramadan hendaknya mengentaskan umat dari sifat dan sikap jahiliyah, semakin mewujudkan kuatnya ukhuwah baik ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah maupun ukhuwah insaniyah-basyariyah. Puasa pada siang harinya telah mengajarkan kita berbagi rasa, berbagi kisah sedih dan sengsara, menghayati kehidupan kaum dhuafa, miskin dan papa yang penuh derita. Dimana untuk setiap suap nasi dan seteguk air, harus diperoleh dengan perjuangan keras kerja sekuat daya dan tenaga. Kita rasakan haus dan lapar, dalam balutan ekstrimnya cuaca, baik panas ataupun dingin angin dan hujan yang menerpa, kita hayati kehidupan komunitas marginal hingga menumbuhkan empati dan simpati dalam jiwa dan hati. Inilah makna tarbiyah yang hakiki. Demikian pula malamnya, kita tak larut dalam tidur panjang dan indahnya mimpi, disana ada sunah yang teramat sayang jika kita abai. Berjamaah bersama warga dalam salat isya, tarawih dan witir, menyambung rasa menyambung hati. Pertemuan yang mungkin hanya terjadi setahun sekali tentu menjadi langka dan amat ternilai. Berlanjut dengan tadarus saling belajar membaca Al-Qur’an kitab suci. Terbangun kita pada sepertiga akhir malamnya untuk santap sahur bersama keluarga dan buah hati, qiyamullail dan aneka peningkatan ibadah amal terpuji. Bahkan sebagian umat rela iktikaf mencari lailatul qadar malam kemuliaan yang dinanti. Semua itu telah mengasah dan menempa diri, menjadi pribadi-pribadi tangguh yang sanggup menanggalkan ego dan ambisi. Teringat kita akan ucapan Yahya bin Mu’adz ar-Razi, yang dikenal sebagai orang arif, ahli hikmah dan pemberi nasihat di zamannya dan masyhur hingga kini. ره بآثامك( ِّ كد ُ فال ت َِّصه بمنامك، والنهار مضْيئ ق ُ يح بن معاذ الرازى: )الليل طويل وال ت عن ي “Malam itu panjang, maka janganlah engkau pendekkan dengan tidurmu. Dan siang itu terang benderang, maka jangan engkau keruh gelapkan dengan dosa-dosamu.” (Ta’lim al-Muta’alim fi Thariqi at-Ta’alum, Syekh Burhanuddin az-Zarnuji, h. 119). Ucapan berkelas diucapkan oleh tokoh ulama yang waskita, di dalamnya terkandung berjuta tafsir dan makna. Bukan sekadar bangun malam dan menjaga diri di siang hari, namun lebih jauh dari itu merupakan sebuah upaya untuk memperbaiki diri dan hubungan hamba dengan Sang Pencipta, sebagai pilar membangun peradaban manusia yang berdaya dan berbudaya. Selaras dengan nilai spiritualisme Ramadan ini, Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menyampaikan nasihat yang mulia saat memasuki kota Madinah dalam sebuah sabda: 3 ( وا ُ ش ْ ف َ ٍم أ َ َل ِسَ ب َ ة َّ ن جَ ْ وا ال ُ ل ُ خ ْ د َ ت ٌ ام َ ِي ُس ن ا َّ الن َ وا و ُّ ل ص َ َ ، و َ ام َ ح ْ ر َ ْ وا اْل ُ ِصل َ ، و َ ام َ ع َّ وا الط ُ ِعم ْ ط َ أ َ ، و َ م َ َل َّ الس ) Hadis ini mengajarkan keluhuran budi pekerti dan akhlak bermasyarakat, sebagai pilar utama Menjaga Semangat Kerukunan Berbangsa dan Bernegara, selaras dengan tema Idulfitri Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 2022. Pertama, ( َ م َ َل وا السَّ ُ ش ْ ف َ أ (menebarkan keselamatan. Bukan hanya sekadar mengucapkan salam, namun sejatinya adalah suasana hati ketika mendoakan seseorang dengan ucapan salam, sekaligus kinayah untuk menebarkan kedamaian dan keselamatan, dimana tiada yang merasa tersakiti dengan keberadaan kita, baik secara ucapan maupun tindakan. Secara lebih jauh, dalam aplikasi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menghormati sesama, tanpa merendahkan satu sama lain hanya berbasis SARA. Seorang muslim sangat tidak pantas mengatasnamakan agama untuk menunjukkan aksi-aksi anarki yang bisa menimbulkan keresahan, kerusakan, dan kehancuran tatanan kehidupan, terlebih dalam negara bhinneka Indonesia, yang hidup berdampingan aneka pemeluk agama. Maka agama harus jadi inspirasi, bukan aspirasi. Kedua, ( َ ام َ ع َّ وا الط ُ ِعم ْ ط َ أ َ و (memberi makan. Puasa telah mengajarkan kepada kita berbagi rasa, merasakan lapar, haus dahaga. Kita hanya merasakan sementara saja, sedangkan di luar sana masih ada jiwa-jiwa yang lebih menderita, merasakan haus lapar dahaga bukan semata-mata karena puasa, namun karena tiada. Pada saat kita menganjurkan makan sahur dan menyegerakan berbuka puasa, mungkin ada yang bertanya bagaimana hukum puasa kami yang tidak pernah sahur dan berbuka, karena memang tiada? Kemiskinan dan kekurangan membuat mereka rela menelan pil pahit kehidupan dunia. Ramadan ini hendaknya mampu membangun nilai spiritualime kita, untuk berbagi dengan sesama, tanpa memandang agama, karena kita bersaudara. Menstimulasi empati dan simpati, semangat berbagi, bukan hanya sebatas bantuan pangan dan gizi, namun juga pekerjaan dan ilmu sebagai bekal diri. Karena lapar tidak terbatas identik dengan kosongnya perut dari asupan gizi, tetapi kosongnya akal dari ilmu, dan hampanya hati dari nutrisi ruhani. Ketiga, ( َ ام َ ح ْ ر َ ْ وا اْل ُ ِصل َ و (menjalin silaturahmi atau kasih sayang. Agama kita sangat menganjurkan untuk menjalin kasih sayang sesama makhluk Allah. Kasih sayang merupakan cikal bakal terwujudnya trilogi kerukunan, yakni kerukunan inter umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Dengan semangat kasih sayang kita akan merasakan indahnya kehidupan dalam segala aspek. Nyaman bermasyarakat, tenteram beraktifitas dan aman beribadah, karena masing-masing pribadi akan saling menghormati dan menghargai wilayah privasi. Tiada lagi rasa curiga, ataupun berburuk sangka, karena semua saling menjaga. Betapa indahnya moderasi beragama, rukun damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ketika semua berfikir dewasa, sepakat untuk berbeda namun tetaplah satu Indonesia, menjunjung tinggi nilai toleransi agama. Kerukunan antar umat beragama, kunci keharmonisan berbangsa dan bernegara. 4 Maka momentum Idulfitri ini bukan semata hari raya agama, namun hari kemenangan bersama. Pemerintah dan negara tidak pilih kasih, bersikap adil dan bijaksana. Ketika menggelontorkan bantuan dan dana, mencairkan THR ataupun mengijinkan mudik, bukankah tidak pernah ditanya tentang agama? Semua fasilitas itu milik bersama. Bukan hanya kita yang bergembira, namun saudara lain agama pun merasakan hal yang sama, memanfaatkan libur hari raya dan cuti bersama sebagai momen bersukacita bertemu kerabat keluarga di kampung dan desa-desa, mengunjungi orang tua, keluarga, sanak saudara, tetangga, mitra kerja dan siapa saja dalam suasana gembira. Terlebih bagi keluarga yang multi agama, akan merasakan betapa kasih sayang ini penting dan harus senantiasa terjaga. Keempat, ( ٌ ام َ ِي ُس ن ا َّ الن َ وا و ُّ ل ص َ َ و (shalat malam. Salat malam secara batiniyah adalah munajat seorang hamba kepada Tuhannya, ia menjadi media cerita curahan hati, waktu bermesraan di kala gulita. Namun secara lahiriyah ia adalah sebuah aktifitas yang cukup menguras waktu dan tenaga. Di sinilah kita dididik untuk merelakan sedikit kebebasan kita, agar kita mampu merasakan betapa di luar sana masih banyak orang-orang yang luar biasa, bekerja di luar jam kerja, atau bahkan tidak perlu berpikir tentang jam kerja, karena yang ada adalah tuntutan kebutuhan diatas kebutuhan semata. Ada biaya hidup yang harus ditanggungnya, ada biaya pendidikan, air, listrik, kesehatan, hingga pulsa dan kuota. Tidak ada cara lain kecuali banting tulang peras keringat demi melihat anak bisa sekolah dengan ceria, keluarga bisa kenyang bahagia. Lihatlah kaum marginal, tak kenal waktu menyusuri jalanan, mencari barang-barang bekas tuk ditukar mata uang. Saat yang lain tertidur, satpam itu masih berjaga, saat yang lain terlelap, para pekerja malam itu melawan kantuknya. Bersyukurlah kita, salat tarawih, qiyamullail, sahur, dan subuh telah memberikan banyak pelajaran berguna. Merasakan beratnya perjuangan saudara kita. Yang baru mampu bekerja keras, namun belum bisa bekerja cerdas, tuntas, berkualitas dan ikhlas. Jikalau sipritualisme salat malam ini tertanam dalam jiwa kita, niscaya kita akan semakin respek, hormat dan menghargai orang lain, siapapun dia. Inilah pintu gerbang kesalihan sosial berbasis iman dan takwa, menciptakan pribadi salih yang suka menebar kebajikan, keselamatan, dan perdamaian, serta jiwa yang peduli terhadap kemiskinan dan ramah terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak merasa diri ini paling baik paling takwa paling alim, tiada sombong dan jumawa. Selaras dengan perintah agama dalam kitab yang mulia, ا َ ه ُّ ي َ ا ٰٓ ﴿ ي اۤ ِسَ ن ْ ِ ن م ٌ اۤء ِسَ ا ن َ ل َ و ْ م ُ ه ْ ِ ن ا م ً ر ْ ي َ ا خ ْ و ُ ن ْ و ُ ك َّ ي ْ ن َ ى ا سٰٓ َ ٍم ع ْ و َ ق ْ ِ ن م ٌ م ْ و َ ق رْ َ خ س ْ َ ا ي َ ا ل ْ و ُ ن َ م ٰ ا َ ن ْ ِذي َّ ال ْ ن َ ى ا سٰٓ َ ٍء ع ُ ف ْ ال ُ م َس اِلاس ْ ْ ئ ِ ب ِۗ ِب ا َ ق ْ ل َ ا ْ ال ِ ا ب ْ و ُ ز َ اب َ ن َ ا ت َ ل َ و ْ م ُ ك سَ ُ ف ْ ن َ ْٓا ا ْ و ُ ِمز ْ ل َ ا ت َ ل َ و َّۚ َّ ن ُ ه ْ ِن ا م ً ر ْ ي َ خ َّ ن ُ ك َّ ي ْ م َّ ل ْ ن َ م َ و َّۚ ِن ا َ م ْ ِاي ْ ال َ د ْ ع َ ب ُ ق ْ و سُ َ ن ْ و ُ ِ م ل ّٰ الظ ُ م ُ ه َ ِٕىك ٰۤ ول ُ ا َ ْب ف ُ ت َ ي ١١ ا َ ل َّ و ٌ م ْ ِاث ِ ن َّ الظ ْ ض َ ع َ ب َّ ِِّۖان ِ ن َّ الظ َ ِ ن ا م ً ر ْ ِي ث َ اك ْ و ُ ِنب َ ت ْ وا اج ُ ن َ م ٰ ا َ ن ْ ِذي َّ ا ال َ ه ُّ ي َ ا ٰٓ ي ُ د َ ح َ ب ا ُّ ِح ُ ي َ ا ِۗ ا ضً ْ ع َ ب ْ م ُ ك ضُ ْ ع َّ ْب ب َ ت ْ غ َ ا ي َ ل َ ا و ْ و سُ سَّ َ ج َ ت َّ ِِۗان َ ّٰ وا اّٰلل ُ ق َّ ات َ و ِۗ ُ ه ْ و ُ م ُ ت ْ ه ِ ر َ ك َ ا ف ً ت ْ ي َ ِه م ْ ِخي َ ا َ م ْ ح َ ل َ ل ُ ك ْ أ َّ ي ْ ن َ ا ْ م ُ ك ٌ م ْ ِحي َّ ب ر ٌ ا َّ و َ ت َ ّٰ اّٰلل ١٢ َّ َِّۚان ا ْ و ُ ف َ ار َ ع َ ِت ل َ اۤىِٕل َ ب َ ق َّ ا و ً ب ْ و ُ ع ُ ش ْ م ُ ك ٰ ن ْ ل َ ع َ ج َ ى و ٰ ث ْ ن ُ ا َّ و ٍ ر َ ك َ ذ ْ ِ ن م ْ م ُ ك ٰ ن ْ ق َ ل َ ا خ َّ ُسِان ا َّ ا الن َ ه ُّ ي َ ا ٰٓ ي ُ ك َ م رَ ْ ك َ ا ٌ ر ْ ي ِ ب َ خ ٌ م ْ ِي ل َ ع َ ّٰ اّٰلل َّ ِِۗان ْ م ُ ىك ٰ ق ْ ت َ ِ ا ّٰ اّٰلل َ د ْ ِعن ْ م ١٣ ت/ ٰ )١٣-١١ :49 الحجر﴾ ) 5 Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim. Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti. (AlHujurat/49: 11-13) Hadirin yang dimuliakan Allah Seiring berlalunya bulan suci, semoga spiritualisme Ramadan ini mampu menjaga semangat kerukunan berbangsa dan bernegara. Semoga Allah selalu membimbing kita di jalan yang lurus dan memberikan kekuatan kepada kita untuk beristikamah di jalan tersebut. Demikian khutbah singkat pada kesempatan ini, semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Amin ya rabbal ‘alamiin. ْ م ُ ك ِّ ب َّ ن ر ِّ م ٍ ة ِفرَ ْ غ َ ٰ م َ َِل وا إ ُ ِع ار سَ َ ِم. و ِحي الرَّ ِ من ْ ح ِم ِهللا الرَّ ِسْ ِم. ب ْ ِجي الرَّ ِ طن ْ ي َّ الش َ ا ِهلل ِمن ِ ب ُ ذ ْ و ُ أع ا َ ه ر ْض ُ َ ٍة ع َّ ن َ ج َ و . َ ِقْين َّ ت ُ م ْ ِ ل ل ت ْ َّ ِعد ُ ْ ُض أ ر َ ْ اْل َ و ات ُ َ او َ م السَّ ِي ن ف ْ م ُ ك َ ل َ َ ُهللاِيَل و ك َ ار َ ِت ب ا َ اآلي َ بما فيه ِمن ْ م ُ اك ِّ ي ِ ا َ َ ني ِي و ع َ ف َ ن َ ِم و ْ ِظي َ ع ْ ِن ال آ ر ْ ُ ق ْ ال ُ م ْ ِي ل َ لع ْ ا ُ ع ْ ِمي السَّ َ و ُ ه ُ ه ّ ِان ُ ه َ ت َ ِالو ت ْ م ُ ك ْ ن ِ م َ و ْ ي ني ِّ ِم لْ َّ ب َ ق َ ت َ ِم. و ْ ِكي حَ ْ ال ِ ر ْ ك ِّ الذ َ و . ُ م ْ ِحي الرَّ ُ ر ْ و ُ ف َ لغ ْ ا َ و ُ ه ُ ه َّ اِان ْ و ِفرُ ْ غ َ ت اس ْ َ ف . 6 Khutbah II ُهللا َ أ ُ َب َ ْ ُهللا ك ) ٣ )× ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ) ٤ )× ُ َب َ ْ ك َ أ َ ال ً ال ْ ي ص ْ َ أ َ و ً ة رَ ْ ك ُ هللا ب َ ان حَ ْ ب سُ َ ا و ً ِثْب ْ َ ِهللك ُ د ْ م لحَ ْ ا َ ِ كبْبا و إ َ ه َ ل ِ َ ُهللا إ َّ ُهللا و ال ُ َب َ ْ ك َ ُهللا أ ُ َب َ ْ ك َ أ ُ د ْ م لحَ ْ ِهلل ا َ و . ْ ن َ أ ُ د َ ه ْ ش َ أ َ ِ ِه. و ان َ ِتن ْ ِم ا َ ِقِه و ْ ي ِ ف ْ و َ َل ت َ ع ُ ه َ ل رُ ْ ك ُّ الش َ ِ ِه و ان سَ ْ ِح َل إ َ ِهلل ع ُ د ْ م حَ ْ ل َ َّ ُهللا ا ِال إ َ ه َ ل ِ إ َ ال ُ ه َ ل كَ ْ ي ِ َش َ َ ال ُ ه َ د ْ ح َ َ ُهللا و و َّ م ُ ِ ِه. الله ان َ و ِض ْ ََل ر ِِع إ ا َّ الد ُ ه ُ ل ْ و سُ َ ر َ و ُ ه ُ د ْ ب َ ا ع ً د َّ م حَ ُ ام َ ن َ د ِّ ي سَ َّ أن ُ د َ ه ْ ش َ أ َ ِ و ِه اب حَ ص ْ َ أ َ ِ ِه و ل َ ا َ ل َ ِ ع ٍد و َّ م حَ ُ ام َ ِدن ِّ ي سَ َ ل َ ع لِّ ص َ ا ً ِكثْب ْ ا ً م ْ ِي ل سْ َ ت ْ م ِّ ل سَ َ و ، ُ د ْ ع َ ا ب َّ م َ أ . وا ُ ق َّ ُسِات ا َّ ا الن َ ه ُّ ي َ ا َ يا َ ف َ أ َ د َ ب ٍ ر ْ م َ أ ِ ب ْ م ُ ك رَ َ م َ َّ َهللا أ ن َ ا أ ْ و ُ م َ ل ْ اع َ و َه َ َ ا ن َّ م َ ا ع ْ و ُ ه َ ت ْ ان َ و رَ َ م َ ا أ َ م ْ َهللا ِفي ِتِه َ ِك آلئ َ ِم ب ني َ ـ َ ث َ ِسِه و ْ ف َ ن ِ ِه ب ْ ِفي َ ا ع ْ و ُّ ل ا ص َ ْ و ُ ن َ آم َ ن ْ ِذي ه ا ال َ ه ُّ ي َ يآ ا َي ِ َّ َل الن َ ع َ ن ْ و ُّ ل ص َ ُ ي ُ ه َ ت َ ِك آلئ َ م َ َّ َهللا و ِن إ َ َل َ عا َ ت َ ال َ ق َ ِسِه و ْ د ُ ِق ب ا ً م ْ ِي ل سْ َ ا ت ْ و ُ م ِّ ل سَ َ ِه و ْ ي َ ل . َ ُهللا ع ه ل ٍد ص َ َّ م حَ ُ ام َ ِدن ِّ ي سَ َ ل َ ع لِّ ص َ َّ م ُ ِة الله َ ِك آلئ َ م َ و ِكَ ل سُ ُ ر َ و ِكَ يآئ ِ ب ْ ن َ ا َ ل َ ع َ ٍد و َّ م حَ ُ م َ ِدنا ِّ ي ِل سَ آ َ ل َ ع َ و ْ م ِّ ل سَ َ ِه و ْ ي َ ل ِيل َ ع َ ان و َ م ْ ث ُ ع َ ر و َ م ُ ع َ ٍ و ر ْ ك َ ب ِ َب َ أ َ ن ْ ِشِدي ا اِء الرَّ َ ف َ ل ُ لخ ْ ا ِ ن َ ع َّ م ُ ه ّ ْ َض الل ار َ و َ ن ْي ْ ِ ب َّ ر َ ق ُ لم ْ ا َ ن ِعْي ْ ِ اب َّ الت َ ِة و َ اب حَ ِة الصَّ َّ ِقي َ ب ْ ن َ ع َ و ا َ ت َ و َ ن ِحِمْي ْ ا الرَّ َ م َ ح ْ ر َ ا أ َ ي ِتكَ َ م ْ ح ِرَ ب ْ م ُ ه َ ع َ ام َّ ن َ ْ َض ع ار َ ِ و ن ْ ي ِّ الد ِ م ْ و َ ي َ ٍنِاَل ا سَ ْ ِح ا ِ ب ْ م ُ ه َ ل َ ن ِعْي ْ ِ اب َّ الت ِِع ي ب . ِت ا َ و ْ م َ ال ْ ا َ و ْ م ُ ه ْ يآِء ِمن ْ ح َ ال َ ِت ا ا َ ِ م ل سْ ُ لم ْ ا َ و َ ن ِ ِمْي ْ ل سْ ُ لم ْ ا َ ِت و ا َ ن ِ م ْ ؤ ُ لم ْ ا َ و َ ن ِنْي ْ ِ م ْ ؤ ُ م ْ ِ ل ل ِفر ْ ْ اغ َّ م ُ لله َ ا َُصْ الل ْ ان َ ن و ّ ِدي ِّ ح َ و ُ لم ْ ا َ ك َ اد َ ِعب َُصْ ْ ان َ و َ ن ْي ْ ِ ِك ُ َِش ْ لم ْ ا َ و َ ْك َِش ِّ ال َّ ِذل َ أ َ و َ ن ِ ِمْي ْ ل سْ ُ لم ْ ا َ و َ م َ ال ِ س ْ إل ْ ا َّ ِعز َ أ َّ م ُ ه َ ن ْ ي ِّ الد ََصَ َ ن ْ ن َ م ِ م ْ و َ ي َ َِل إ ِكَ ات َ ِ م ل َ ِلك ْ ع َ أ َ ِ و ن ْ ي ِّ الد َ اء َ د ْ ع َ أ ر ْ ِّ م َ د َ و َ ن ِ ِمْي ْ ل سْ ُ لم ْ ا َ ل َ ذ َ خ ْ ن َ م ْ ل ُ ذ ْ اخ َ ِ و ال . ن ْ ي ِّ د ِ ن َ ِفي ل ْ ا َ ء ْ و سُ َ و َ ن ِمحَ ل ْ ا َ و َ ِل ز َ ال َّ الز َ و َ اء َ ب َ لو ْ ا َ و َ ء َ ال َ لب ْ ا ا َّ ن َ ع ْ ع َ ف ْ اد َّ م ُ الله ا َ ِدن َ ل َ ب ْ ن َ ع َ ن َ ط َ ا ب َ م َ ا و َ ه ْ ِمن رَ َ ه َ ا ظ َ م َ ن ِمحَ ل ْ ا َ و ِم َ ال َ لع ْ ا ب َّ َ ا ر َ ي ً ة َّ عآم َ ن ِ ِمْي ْ ل سْ ُ لم ْ ِن ا ا َ د ْ ل ُ لب ْ ا ِ ِر ائ سَ َ و ً ة ا خآصَّ َّ ِسي ْ ي ِ ون ُ د ْ ِان . َ ن ْي ْ َ ا و َ ن سَ ُ ف ْ ن َ ا ا َ ن ْ م َ ل َ ا ظ َ ن َّ ب َ . ر ِ ار َّ الن اب َ َ ذ َ ا ع َ ن ِ ق َ و ً ة َ ن سَ َ ِ ح ة آلِخرَ ْ ا ِ ن ف َ و ً ة َ ن سَ َ ا ح َ ي ْ ن ُّ الد ِ ن ف َ ِنا ا آت َ ن َّ ب َ ر ا َ ن ْ م َ ح ر ْ َ ت َ ا و َ ن َ ل ِفر ْ ْ غ َ ت ْ م َ ل ْ إن . َ ن ْ ي ِشِ ا َ لخ ْ ا َ ِمن َّ ن َ ن ْ و ُ ك َ ن َ ل رُ ُ م ْ أ َ َّ َهللا ي ِن ِهللا! إ َ اد َ ِعب ْ ا َ ِل و ْ د َ لع ْ ا ِ ب ْ م ُ ك ُ ِعظ َ ي ي َ نع ْ لب ْ ا َ ِ و ر َ ك ْ ن ُ لم ْ ا َ شآِء و حْ َ لف ْ ا ِ ن َ ع َه َ ْ ن َ ي َ و َبَ ر ْ ُ لق ْ تآِء ِذي ا ْ ي ِ إ َ ِن و ا سَ ْ ِ ح إل ِهللا رُ ْ ِذك َ ل َ و ْ م ُ ك ْ د ِ ز َ ِمِه ي َ ِع َل ن َ ع ُ ه ْ و رُ ُ ك ْ اش َ و ْ م ُ ك ر ْ ُ ك ْ ذ َ ي َ م ْ ِظي َ لع ْ َهللا ا وا رُ ُ ك ْ اذ َ و َ ن ْ و رُ ه ك َ ذ َ ت ْ م ُ ك ه ل َ ع َ ل ْ َب َ ْ ك َ أ . ُ ك َ و ٌ د ْ ِعي سَ ٌ د ْ ِعي . َ ن ِحِمْي ْ ا الرَّ َ م َ ح ْ ر َ ا أ َ ي ِتكَ َ م ْ ح ِرَ ب ْ م ُ ك ْ ن ِ م َ ا و َّ لَ ُهللا ِمن َّ ب َ ق َ ت ٍ ْب ْ َ ِخ ب ْ م ُ ت ْ ن َ أ َ ٍم و ا َ ع لُّ